EY Shell audit

EY Melanggar Aturan Audit AS atas Mandat Shell Selama Dua Tahun Berturut-Turut

Ernst & Young (EY), salah satu dari “Big Four” firma akuntansi global, baru-baru ini kembali menjadi sorotan tajam. Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB), badan pengawas audit di Amerika Serikat, mengungkap bahwa EY melanggar aturan independensi audit dalam penanganannya atas audit perusahaan minyak raksasa, Shell, selama dua tahun berturut-turut.

Kasus ini menjadi sinyal penting bagi dunia audit: bahkan firma terbesar pun tidak kebal terhadap tekanan konflik kepentingan dan pelanggaran integritas.

Apa yang Terjadi?

Dalam dua tahun audit atas Shell, EY secara bersamaan memberikan layanan non-audit yang dilarang—termasuk layanan konsultasi dan jasa lain yang menciptakan benturan kepentingan dengan peran mereka sebagai auditor independen.

Siapa yang terlibat?
Audit ini dilakukan oleh kantor cabang EY di Amerika, dengan pengawasan dari unit global. PCAOB menyatakan bahwa pelanggaran ini terjadi secara sistemik, bukan hanya karena “kesalahan teknis.”

Kapan terjadi?
Pelanggaran berlangsung selama tahun fiskal 2021 dan 2022.

Kenapa Ini Jadi Masalah Besar?

Prinsip independensi adalah fondasi dalam audit laporan keuangan. Ketika auditor juga memberi jasa lain ke klien auditnya, objektivitas audit dapat diragukan. Hal ini membuka peluang terjadinya:

  • Pengaburan laporan keuangan
  • Ketidakterbukaan atas risiko bisnis
  • Penyesatan investor dan publik

PCAOB menilai pelanggaran EY sebagai bentuk pengabaian etika profesional dan standar audit internasional.

Implikasi Terhadap Dunia Audit dan Pemerintah

Kasus ini bukan hanya soal pelanggaran oleh satu firma. Ini mencerminkan tantangan yang lebih luas:

1. Kebutuhan Regulasi Lebih Ketat

Banyak negara, termasuk Indonesia, bisa mengevaluasi ulang regulasi pemisahan jasa audit dan non-audit di firma akuntan publik.

2. Audit Pemerintah Juga Rentan

Jika kantor akuntan publik swasta bisa jatuh dalam konflik kepentingan, bagaimana dengan auditor lembaga negara yang punya keterbatasan independensi dan sumber daya?

3. Tanggung Jawab Moral Auditor

Profesional auditor tidak hanya bertanggung jawab pada klien, tapi juga pada publik, investor, dan integritas sistem keuangan.

Solusi & Langkah Progresif

  1. Penegakan Etika & Rotasi Auditor
    Perlu diterapkan kebijakan rotasi auditor yang lebih ketat serta pembatasan jasa non-audit kepada klien audit.
  2. Audit Forensik & Review Regulator
    Regulator nasional seperti BPK atau BPKP dapat mengadopsi praktik forensik audit untuk mengawasi firma eksternal, terutama yang menangani sektor strategis.
  3. Penggunaan Teknologi Audit Transparan
    Sistem audit berbasis teknologi (AI, blockchain) bisa membantu mengurangi celah manipulasi dan menjaga transparansi audit.
  4. Keterbukaan Laporan Audit
    Laporan audit dari entitas besar sebaiknya terbuka untuk publik review, tidak hanya ringkasan di laporan keuangan.

Saatnya Audit Kembali ke Fungsi Dasarnya

Kasus EY dan Shell ini harus menjadi pengingat bahwa audit bukan sekadar formalitas, tapi alat kontrol utama sistem keuangan global. Ketika kepercayaan publik terhadap auditor runtuh, yang terguncang bukan hanya satu laporan keuangan—tapi stabilitas pasar dan tata kelola.

Integritas audit adalah pertahanan pertama terhadap fraud dan ketimpangan. Maka, siapa pun yang terlibat—baik di sektor swasta maupun pemerintah—harus menjunjung tinggi prinsip etika dan transparansi.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top