
Mengawasi keuangan negara di tengah kompleksitas operasional BUMN dan Kementerian/Lembaga (K/L) bukan perkara mudah. Di sinilah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengambil langkah strategis dengan menerapkan Integrated Risk-Based Audit (IRBA)—sebuah pendekatan audit berbasis risiko yang menyatukan aspek keuangan, operasional, hingga kepatuhan.
Dengan diterapkannya IRBA mulai 2025, BPK menunjukkan komitmen menuju audit yang lebih proaktif, holistik, dan relevan terhadap dinamika tata kelola sektor publik dan korporasi negara.
Apa Itu Integrated Risk-Based Audit?
Integrated Risk-Based Audit (IRBA) adalah pendekatan audit yang menilai dan merespons risiko utama organisasi secara terintegrasi. Audit ini tidak hanya fokus pada kewajaran angka-angka keuangan, tapi juga:
- Proses bisnis dan tata kelola
- Risiko strategis dan operasional
- Kepatuhan terhadap peraturan
- Efektivitas pengendalian internal
Dengan IRBA, BPK dapat lebih tajam menilai wilayah risiko tinggi dan juga fokus pada isu-isu yang berdampak besar terhadap kinerja dan akuntabilitas publik.
Mengapa BPK Beralih ke Pendekatan Ini?
- Lingkungan Risiko yang Meningkat
BUMN dan K/L menghadapi tantangan eksternal seperti ketidakpastian global, digitalisasi, dan juga tekanan ESG. - Kasus Fraud & Inefisiensi Meningkat
Temuan BPK tahun-tahun sebelumnya menunjukkan potensi kerugian negara akibat lemahnya pengendalian dan tata kelola. - Dorongan untuk Transparansi & Akuntabilitas
Publik menuntut lembaga negara dan BUMN lebih terbuka, efisien, dan bebas dari korupsi. - Tuntutan Harmonisasi Audit
Standar internasional seperti ISSAI (International Standards of Supreme Audit Institutions) mendorong audit publik berbasis risiko terpadu.
Siapa yang Akan Terdampak?
Penerapan IRBA oleh BPK akan berpengaruh besar pada:
- BUMN strategis seperti PLN, Pertamina, dan Bank BUMN
- Kementerian teknis yang mengelola anggaran besar (PU, Kesehatan, Sosial)
- Pemerintah Daerah dalam audit sinergi APBN-APBD
- Unit APIP dan SPI internal yang harus beradaptasi terhadap pendekatan audit berbasis risiko
Studi Kasus: Temuan Audit BPK 2024
Dalam audit 2024, BPK menemukan bahwa salah satu BUMN sektor infrastruktur tidak mengidentifikasi risiko kontraktor tidak berkinerja baik dalam proses pengadaan, yang akhirnya menyebabkan keterlambatan proyek nasional.
Jika IRBA sudah diterapkan, fokus audit akan sejak awal mengarahkan perhatian ke proses risk management BUMN tersebut—bukan hanya laporan keuangan di akhir.
Manfaat Jangka Panjang IRBA
- Peningkatan kualitas audit dan rekomendasi BPK
- Pendeteksian dini terhadap potensi fraud dan pemborosan
- Sinergi lebih kuat antara audit keuangan dan audit kinerja
- Dorongan bagi BUMN & K/L untuk memperbaiki manajemen risiko
- Dukungan terhadap efektivitas pelaksanaan program pemerintah
Tantangan Implementasi IRBA
Meskipun menjanjikan, IRBA memiliki tantangan serius:
- Kesiapan SDM auditor: BPK harus memastikan seluruh tim memahami kerangka manajemen risiko lintas sektor.
- Integrasi data yang kuat: IRBA butuh dukungan sistem informasi audit yang canggih.
- Resistensi dari auditee: Perubahan pendekatan audit bisa memunculkan ketegangan awal dari BUMN/KL yang belum siap transparan.
- Sinkronisasi antar lembaga pengawasan: IRBA akan lebih efektif jika selaras dengan pengawasan oleh BPKP, KPK, dan juga Inspektorat.
Audit Masa Depan Dimulai Sekarang
Langkah BPK menerapkan Integrated Risk-Based Audit untuk BUMN dan K/L adalah transformasi penting dalam pengawasan keuangan negara. Pendekatan ini bukan hanya teknis, melainkan strategis—mengarah pada tata kelola yang lebih akuntabel, transparan, dan berorientasi pada hasil.
Outlook 2025 tak hanya tentang prediksi—tapi soal kesiapan. Dan audit yang kuat adalah fondasi dari negara yang bersih dan juga efektif.